Penurunan Angka Stunting Harus Dimulai Dari Perencanaan dan Anggaran yang Tepat
MEDAN, https://generasi-news.com – Guna mendorong percepatan penurunan angka stunting, Wali Kota Medan Bobby Nasution terus mendorong kolaborasi antar perangkat daerah di lingkungan Pemko Medan dengan para pemangku kepentingan, Pemko Medan menggelar Rembuk Stunting Tingkat Kota Medan Tahun 2023 sekaligus Penandatanganan Surat Pernyataan Komitmen Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting di Kota Medan di Hotel Santika Dyandra Premiere, Rabu (21/6/2023).
Melalui kegiatan yang dilakukan tersebut, Bobby Nasution berharap agar target nasional prevalensi stunting sebesar 14 persen di tahun 2024 dapat terwujud. Optimisme menantu Presiden Joko Widodo tidak berlebihan, sebab penanganan yang dilakukan selama ini telah menunjukkan penurunan angka stunting di Kota Medan.
Terbukti di tahun 2021, angka stunting di Kota Medan tercatat sebanyak 550 balita. Setelah penanganan masif dilakukan, angka stunting menurun menjadi 364 balita di Agustus 2022. Angka stunting yang disebabkan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi ini kembali mengalami penurun menjadi 298 balita di Februari 2023.
“Atas penurunan angka stunting ini, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran Pemko Medan dan seluruh stakeholder yang telah berkolaborasi membantu Pemko Medan dalam menurunkan angka stunting di Kota Medan,” kata Bobby Nasution saat membuka Rembuk Stunting Tingkat Kota Medan Tahun 2023 sekaligus Penandatanganan Surat Pernyataan Komitmen Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting di Kota Medan tersebut.
Dalam melakukan penanganan dan penurunan stunting, kata Bobby Nasution yang hadir didampingi Ketua TP PKK Kota Medan Ny Kahiyang Ayu, harus dimulai dari perencanaan dan anggaran yang tepat. Apalagi, imbuhnya, penanganan stunting di beberapa kelurahan ada yang menggunakan dana kelurahan guna mendukung percepatan penurunan angka stunting.
Di samping itu, menantu Presiden Joko Widodo ini minta kepada seluruh kelurahan dan kecamatan untuk kembali melakukan kroscek terhadap pemanfaatan dan penyebaran stunting ini. Diingatkannya, meskipun balita yang terkena stunting umumnya berasal dari keluarga tidak mampu namun tidak tertutup kemungkinan balita yang berasal dari keluarga mampu juga berisiko terkena stunting akibat kurangnya edukasi.(Irw)